Minggu, 04 Januari 2015

Makalah
ESTETIKA TRADISIONALDAN MODERN



­­


Oleh :
Marwan Isman
120.13.004

FAKULTAS ILMU SENI
UNIVERSITAS NUSA TENGARA BARAT
2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Dewasa ini, ilmu seni sering dikaitkan dengan keindahan, dalam bahasa Indonesia keindahan itu lebih mengacu kepada estetika. Eestetika merupakan kata yang kerap hadir di wilayah seni rupa. Di wilayah desain komunikasi visual (dkv) kata estetika jarang diucapkan dibanding wilayah seni murni. Bukan berarti dalam desain tidak ada estetika. Estetika tetap ada namun ia jarang disebut sebagai estetika, salah satunya disebut gaya desain. Pun dalam wilayah kajian desain terdapat pula kajian estetik.  Terdapat pula usaha untuk mempermudah pengertian estetika yaitu dengan memberi nama  lain yaitu strategi visual (Andry Masri, Jalasutra, 2010). Namun, strategi visual juga belum  menjelaskan kajian estetika yang sangat beragam. Frasa tersebut memang bertujuan  memudahkan awam guna mempelajari estetika, terutama untuk kebutuhan perancangan desain  (terutama desain produk) (Anonim, 2012).
Adanya istilah yang kerap tidak tepat digunakan dan definisi yang  sangat  beragam,  maka  bangun  estetika  dapat  ditarik  ulur,  dan  kemudian  berujung  pada simpang  siurnya  pemahaman  estetika  sebagai  filsafat  dan  estetika  sebagai  praksis  dalam berkesenian  di  Indonesia.    Memandang  estetika  sebagai  suatu  filsafat,  pada  hakikatnya menempatkannya  pada  satu  titik  dikotomis  antara  realitas  dan  abstraksi,  serta  juga  antara keindahan  dan  makna.    Estetika  tidak  lagi  menyimak  keindahan  dalam  pengertian konvensional,  melainkan  telah  bergeser  ke  arah  sebuah  wacana  dan  fenomena.    Beberapa pandangan  mengenai  estetika  setiap  waktu  mengalami  pergeseran,  sejalan  dengan pergeseran  konsep  estetik  dari  setiap  jaman.    Pandangan  bahwa  estetika  hanya  mengkaji segala  sesuatu  yang  indah  (cantik  dan  gaya  seni),  telah  lama  dikoreksi  karena  terdapat  kecenderungan  karya-karya  seni  modern  tidak  lagi  menawarkan  kecantikan,  tetapi  lebih  pada makna dan aksi mental.  Kemudian dalam perkembangannya terdapat adanya istilah  Kebudayaan  Barat  (kerap  dianalogikan  dengan  unsur  “rasionalitas”)  dan  Kebudayaan Timur  (kerap  dianalogikan  dengan  “suasana  hati”).    Dalam  peradaban  dunia,  dua  kebudayaan  ini  selalu  dipertentangkan.    “Timur”  dan  “Barat”  lebih  berupa  perseteruan, persaingan  dan  perang  daripada  saling  mengerti,  bersahabat  dan  bekerja  sama.    Bagi  kebanyakan orang “Timur”, “Barat” selalu dihubungkan dengan kapitalisme, teknologi dan  imperialisme.  Bagi masyarakat “Barat”, “Timur” selalu berkonotasi dengan negara-negara  yang  padat  penduduk,  serba  miskin,  terbelakang  dan  amat  tradisional.    Demikian  pula  di akhir  abad  ke-20,  pandangan-pandangan  mengenai  estetika  mengalami  rekonstruksi  dan penyegaran-penyegaran  baru  ketika  filsafat  Posmodern  berkembang  sejalan  dengan  wacana kaum Postrukturalis (Ida Ayu, 2012).
Berkaitan dengan pengertian estetika di atas, estetika tradisional dan estetika modern sering sekali di ungkapkan dalam setiap pembahasan dalam perkuliahan, oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentag estetika tradisoonal dan estetika modern.
B.      TUJUAN
1.      Untuk memahami Estetika
2.      untuk Memahami Estetika Tradisional
3.      untuk memahami estetika modern
C.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan estetika ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan estetika tradisional ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan estetika modern ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.      ESTETIKA
            Eestetika merupakan kata yang kerap hadir di wilayah seni rupa. Di wilayah desain komunikasi visual (dkv) kata estetika jarang diucapkan dibanding wilayah seni murni. Bukan berarti dalam desain tidak ada estetika. Estetika tetap ada namun ia jarang disebut sebagai estetika, salah satunya disebut gaya desain. Pun dalam wilayah kajian desain terdapat pula kajian estetik.  Terdapat pula usaha untuk mempermudah pengertian estetika yaitu dengan memberi nama  lain yaitu strategi visual (Andry Masri, Jalasutra, 2010). Namun, strategi visual juga belum  menjelaskan kajian estetika yang sangat beragam. Frasa tersebut memang bertujuan  memudahkan awam guna mempelajari estetika, terutama untuk kebutuhan perancangan desain  (terutama desain produk) (Anonim, 2012).
B.      ESTETIKA TRADISIONAL
Estetika tradisional merupakan unsur dari karya seni yang Keseniannya bagi masyarakat tidak hanya sekadar keindahan atau persoalan estetika,tetapi juga terutama persoalan persatuan diri dengan alam.  Seni tradisional, termasuk juga seni musik tradisional, mempunyai ciri estetika: dibuat berdasarkan budaya mistis, memiliki unsur penyatuan antara manusia dan alam, dan seni merupakan produk budaya masyarakat. Estetika bukan sekedar keindahan, tetapi merupakan pengalaman religius.  Kajian estetika tradisional yang sifatnya lintas disiplin menjadi salah satu kunci penting. Kecenderungan semacam ini dapat dilihat dari banyaknya kajian yang membahas fenemona seni rupa dari berbagai sudut pandang dan pendekatan, seperti teori gender dan teori poskolonial. Selain itu, seni rupa saat ini telah menjadi wilayah kajian menarik karena ia tidak terlepas dari konteks ruang dan waktu di mana ia berada. Hal inilah yang menyebabkan seni rupa menjadi wilayah kajian strategis sebab bisa menjadi bagian dari wacana kultural termasuk di dalamnya dari jenis estetika tradisional (Anonim, 2014).
C.      ESTETIKA MODERN
Estetika modern dapat di bagi menjadi beberapa kategori antara lain :
1.      Estetika Pra-Modern
Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek-aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam.
David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualita yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia.
Immanuel Kant seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualita objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, di antara imajinasi dan pengertian (pikiran).
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun masyarakat.
2.      Estetika Modern
Dalam pembicaraan sebelumnya kita sudah menyinggung beberapa aliran yang berkembang sejak abad ke-19. terutama impresionisme dan ekspresionisme yang masih bertahan agak lama, dan juga mengakibatkan munculnya beberapa aliran lain.
1.   Simbolisme dan Jugendstil
Simbolisme merupakan kelanjutan impresionisme dan ekspresionisme. Bila ekspresionisme masih bertitik pangkal pada apa yang telah dan sedang diamati seniman agar unsur-unsur  tertentu yang ia alami diungkapkannya dengan tekanan khusus. Tetapi dalam hasil karya para seniman yang digolongkan sebagai penganut simbolisme sumbangan seniman sendiri menjadi sedemikian besar sehingga “obyek” lukisan atau lain karya seninya hanya samar-samar saja memperlihatkan “obyek” luar yang “mau digambarkan”. “obyek luar” itu hanya menjadi alasan saja untuk menggambarkan inti ilham seniman; dan hasil karyanya menjadi lambang (“symbol”) dari apa yang ada dalam bayangannya.
2.   Fauvisme dan Surealisme
Aliran yang dekat dengan ekspresionisme yang disebut dengan "fauvisme" (karena oleh seorang kritikus seniman bersangkutan dianggap sebagai "fauve" = binatang liar/buas ), Aliran fauvisme mempunyai unsur yang dulu sudah muncul dalam sejarah kesenian, yaitu bahwa  "bahan luar" itu diubah (harus dikatakan : berubah) dalam penggambarannya sambil mengungkapkan sesuatu. Aliran ini menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme, pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi seniman dengan alam tersebut.[4]
3.   Kubisme
Kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad ke-20 yang dipelopori oleh Picasso (1881-1973) dan George Braque (1882-1963). Aliran ini bermula dari imresionisme yang berupaya mencari dan mengungkapkan dalam karya seni sejumlah bentuk-bentuk dasar kenyataan yang diamati dan dialami manusia sesuai cita-cita imresionisme. Tetapi dengan tambahan susunan (contruction) baru dengan memakai bahan dasar tadi itulah merupakan unsur ekspresionisme yang ikut mempengaruhi kubisme.[5]
Kubisme muncul setelah Picasso dan Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.
Istilah "Kubis" itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti karya-karya tersebut.
4.  Seni Abstrak
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam. Seni Abstrak ini pada dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat dengan wujud di alam. Selain itu hasil karya seni hanya dapat berarti sebagai karya seni bagi orang yang melihat, mendengar atau membacanya sesuai dengan kemauan dan selera setiap orang.
Dalam aliran ini terkenal dua pelukis Rusia,yang pertama adalah Wassili Kandinski ( 1886-1945) yang bermaksud menggambarkan apa yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kenyataan luar, tetapi karyanya dengan segala kekuatan ekspresinya masih memngingatkan penontonnya kepada bentuk-bentuk purba dari alam semesta, organisme-organisme paling sederhana (amoeba, radiolira,kuda laut dsb). Sedangkan Kasimir Malewijts (1878-1935) lebih konsekuen lagi dan menggambarkan macam-macam segi-empat, kadang-kadang segitiga, lingkaran dan trapesium, semuanya berwarna-warni, sekali-kali dengan adanya sindiran akan adanya sosok manusia.
Seorang pelukis Belanda Piet Mondarin (1883-1944) termasuk aliran yang sama, sampai pada suatu gaya lukis yang diberi nama "neo-plastisisme". Lukisan terdiri atas sejumlah garis datar ataupun garis tegak lurus. Beberapa petak dengan demikian muncul, diisi dengan warna yang direncanakan sedemikian hingga sehingga keseluruhannya menjadi seimbang dan harmonis.

















Daftar pustaka
Anonim 2012 : aliran-aliran dalam estetika. Diakses pada situs : http://daqoiulmisbah.blogspot.com/2012/04/aliran-aliran-dalam-estetika.html, tanggal 04 Januari 2015.
Anionim 2014 : estetika tradisional dan estetika modern, di akses pada situs : http://www.fsrd.itb.ac.id/?page_id=22, Tanggal 04 Januari 2014.
Anonim 2015 : Pengertian estetika, Diakses pada situs : http://id.wikipedia.org/wiki/Estetika, tanggal 04 Januari 2015.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar