Makalah
ESTETIKA TRADISIONALDAN MODERN
Oleh :
Marwan Isman
120.13.004
FAKULTAS ILMU SENI
UNIVERSITAS NUSA TENGARA BARAT
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dewasa ini,
ilmu seni sering dikaitkan dengan keindahan, dalam bahasa Indonesia keindahan
itu lebih mengacu kepada estetika. Eestetika merupakan kata yang kerap hadir di
wilayah seni rupa. Di wilayah desain komunikasi visual (dkv) kata estetika
jarang diucapkan dibanding wilayah seni murni. Bukan berarti dalam desain tidak
ada estetika. Estetika tetap ada namun ia jarang disebut sebagai estetika,
salah satunya disebut gaya desain. Pun dalam wilayah kajian desain terdapat
pula kajian estetik. Terdapat pula usaha
untuk mempermudah pengertian estetika yaitu dengan memberi nama lain yaitu strategi visual (Andry Masri,
Jalasutra, 2010). Namun, strategi visual juga belum menjelaskan kajian estetika yang sangat
beragam. Frasa tersebut memang bertujuan
memudahkan awam guna mempelajari estetika, terutama untuk kebutuhan
perancangan desain (terutama desain
produk) (Anonim, 2012).
Adanya
istilah yang kerap tidak tepat digunakan dan definisi yang sangat
beragam, maka bangun
estetika dapat ditarik
ulur, dan kemudian
berujung pada simpang siurnya
pemahaman estetika sebagai filsafat
dan estetika sebagai
praksis dalam berkesenian di
Indonesia. Memandang estetika
sebagai suatu filsafat,
pada hakikatnya menempatkannya pada
satu titik dikotomis
antara realitas dan
abstraksi, serta juga
antara keindahan dan makna.
Estetika tidak lagi
menyimak keindahan dalam
pengertian konvensional, melainkan telah
bergeser ke arah
sebuah wacana dan
fenomena. Beberapa
pandangan mengenai estetika
setiap waktu mengalami
pergeseran, sejalan dengan pergeseran konsep
estetik dari setiap
jaman. Pandangan bahwa
estetika hanya mengkaji segala sesuatu
yang indah (cantik
dan gaya seni),
telah lama dikoreksi
karena terdapat kecenderungan
karya-karya seni modern
tidak lagi menawarkan
kecantikan, tetapi lebih
pada makna dan aksi mental.
Kemudian dalam perkembangannya terdapat adanya istilah Kebudayaan
Barat (kerap dianalogikan
dengan unsur “rasionalitas”) dan
Kebudayaan Timur (kerap dianalogikan
dengan “suasana hati”).
Dalam peradaban dunia,
dua kebudayaan ini
selalu dipertentangkan. “Timur”
dan “Barat” lebih
berupa perseteruan, persaingan dan
perang daripada saling
mengerti, bersahabat dan
bekerja sama. Bagi
kebanyakan orang “Timur”, “Barat” selalu dihubungkan dengan kapitalisme,
teknologi dan imperialisme. Bagi masyarakat “Barat”, “Timur” selalu
berkonotasi dengan negara-negara
yang padat penduduk,
serba miskin, terbelakang
dan amat tradisional. Demikian
pula di akhir abad
ke-20, pandangan-pandangan mengenai
estetika mengalami rekonstruksi
dan penyegaran-penyegaran
baru ketika filsafat
Posmodern berkembang sejalan
dengan wacana kaum Postrukturalis
(Ida Ayu, 2012).
Berkaitan
dengan pengertian estetika di atas, estetika tradisional dan estetika modern
sering sekali di ungkapkan dalam setiap pembahasan dalam perkuliahan, oleh
karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentag estetika tradisoonal dan
estetika modern.
B. TUJUAN
1. Untuk memahami Estetika
2. untuk Memahami Estetika Tradisional
3. untuk memahami estetika modern
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan estetika
?
2. Apakah yang dimaksud dengan estetika
tradisional ?
3. Apakah yang dimaksud dengan estetika
modern ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. ESTETIKA
Eestetika
merupakan kata yang kerap hadir di wilayah seni rupa. Di wilayah desain
komunikasi visual (dkv) kata estetika jarang diucapkan dibanding wilayah seni
murni. Bukan berarti dalam desain tidak ada estetika. Estetika tetap ada namun
ia jarang disebut sebagai estetika, salah satunya disebut gaya desain. Pun
dalam wilayah kajian desain terdapat pula kajian estetik. Terdapat pula usaha untuk mempermudah
pengertian estetika yaitu dengan memberi nama
lain yaitu strategi visual (Andry Masri, Jalasutra, 2010). Namun,
strategi visual juga belum menjelaskan
kajian estetika yang sangat beragam. Frasa tersebut memang bertujuan memudahkan awam guna mempelajari estetika,
terutama untuk kebutuhan perancangan desain
(terutama desain produk) (Anonim, 2012).
B. ESTETIKA TRADISIONAL
Estetika tradisional merupakan unsur
dari karya seni yang Keseniannya
bagi masyarakat tidak hanya sekadar keindahan atau persoalan estetika,tetapi juga terutama persoalan persatuan diri
dengan alam. Seni tradisional, termasuk
juga seni musik tradisional, mempunyai ciri estetika: dibuat berdasarkan
budaya mistis, memiliki unsur penyatuan antara manusia dan alam, dan seni merupakan produk budaya
masyarakat. Estetika bukan sekedar keindahan, tetapi merupakan pengalaman
religius. Kajian estetika tradisional yang sifatnya lintas disiplin
menjadi salah satu kunci penting. Kecenderungan semacam ini dapat dilihat dari
banyaknya kajian yang membahas fenemona seni rupa dari berbagai sudut pandang
dan pendekatan, seperti teori gender dan teori poskolonial. Selain itu, seni
rupa saat ini telah menjadi wilayah kajian menarik karena ia tidak terlepas
dari konteks ruang dan waktu di mana ia berada. Hal inilah yang menyebabkan
seni rupa menjadi wilayah kajian strategis sebab bisa menjadi bagian dari
wacana kultural termasuk di dalamnya dari jenis estetika tradisional (Anonim,
2014).
C. ESTETIKA MODERN
Estetika
modern dapat di bagi menjadi beberapa kategori antara lain :
1. Estetika Pra-Modern
Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik
yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan.
Aspek-aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral
yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang
menilai dan menghargai seni dan alam.
David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia
mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualita yang objektif dari objek.
Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh konstitusi utama dari sifat dan
keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia.
Immanuel Kant seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah
kualita objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya
menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, di antara imajinasi dan
pengertian (pikiran).
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran
diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para
seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan
mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun
masyarakat.
2. Estetika Modern
Dalam pembicaraan sebelumnya kita sudah menyinggung beberapa
aliran yang berkembang sejak abad ke-19. terutama impresionisme dan
ekspresionisme yang masih bertahan agak lama, dan juga mengakibatkan munculnya
beberapa aliran lain.
1. Simbolisme dan
Jugendstil
Simbolisme merupakan kelanjutan
impresionisme dan ekspresionisme. Bila ekspresionisme masih bertitik pangkal
pada apa yang telah dan sedang diamati seniman agar unsur-unsur tertentu yang ia alami diungkapkannya dengan
tekanan khusus. Tetapi dalam hasil karya para seniman yang digolongkan sebagai
penganut simbolisme sumbangan seniman sendiri menjadi sedemikian besar sehingga
“obyek” lukisan atau lain karya seninya hanya samar-samar saja memperlihatkan
“obyek” luar yang “mau digambarkan”. “obyek luar” itu hanya menjadi alasan saja
untuk menggambarkan inti ilham seniman; dan hasil karyanya menjadi lambang
(“symbol”) dari apa yang ada dalam bayangannya.
2. Fauvisme dan Surealisme
Aliran yang dekat dengan
ekspresionisme yang disebut dengan "fauvisme" (karena oleh seorang
kritikus seniman bersangkutan dianggap sebagai "fauve" = binatang
liar/buas ), Aliran fauvisme mempunyai unsur yang dulu sudah muncul dalam sejarah
kesenian, yaitu bahwa "bahan
luar" itu diubah (harus dikatakan : berubah) dalam penggambarannya sambil
mengungkapkan sesuatu. Aliran ini menghargai ekspresi dalam menangkap suasana
yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme, pelukis fauvis
berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam
justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi seniman dengan alam
tersebut.[4]
3. Kubisme
Kubisme adalah sebuah gerakan modern
seni rupa pada awal abad ke-20 yang dipelopori oleh Picasso (1881-1973) dan
George Braque (1882-1963). Aliran ini bermula dari imresionisme yang berupaya
mencari dan mengungkapkan dalam karya seni sejumlah bentuk-bentuk dasar
kenyataan yang diamati dan dialami manusia sesuai cita-cita imresionisme.
Tetapi dengan tambahan susunan (contruction) baru dengan memakai bahan dasar
tadi itulah merupakan unsur ekspresionisme yang ikut mempengaruhi kubisme.[5]
Kubisme muncul setelah Picasso dan
Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung
suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng
suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still life dan
pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan perspektif
zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.
Istilah "Kubis" itu
sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles
(kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des
Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai reduces everything to
little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-kubus kecil. Gil
Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib).
Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus
kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari
aliran seperti karya-karya tersebut.
4. Seni Abstrak
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni
rupa yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis,
bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam. Seni
Abstrak ini pada dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat dengan
wujud di alam. Selain itu hasil karya seni hanya dapat berarti sebagai karya
seni bagi orang yang melihat, mendengar atau membacanya sesuai dengan kemauan dan
selera setiap orang.
Dalam aliran ini terkenal dua pelukis
Rusia,yang pertama adalah Wassili Kandinski ( 1886-1945) yang bermaksud
menggambarkan apa yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kenyataan luar,
tetapi karyanya dengan segala kekuatan ekspresinya masih memngingatkan
penontonnya kepada bentuk-bentuk purba dari alam semesta, organisme-organisme
paling sederhana (amoeba, radiolira,kuda laut dsb). Sedangkan Kasimir Malewijts
(1878-1935) lebih konsekuen lagi dan menggambarkan macam-macam segi-empat,
kadang-kadang segitiga, lingkaran dan trapesium, semuanya berwarna-warni,
sekali-kali dengan adanya sindiran akan adanya sosok manusia.
Seorang pelukis Belanda Piet Mondarin
(1883-1944) termasuk aliran yang sama, sampai pada suatu gaya lukis yang diberi
nama "neo-plastisisme". Lukisan terdiri atas sejumlah garis datar
ataupun garis tegak lurus. Beberapa petak dengan demikian muncul, diisi dengan
warna yang direncanakan sedemikian hingga sehingga keseluruhannya menjadi
seimbang dan harmonis.
Daftar pustaka
Anonim
2012 : aliran-aliran dalam estetika. Diakses pada situs : http://daqoiulmisbah.blogspot.com/2012/04/aliran-aliran-dalam-estetika.html, tanggal 04 Januari 2015.
Anionim
2014 : estetika tradisional dan estetika modern, di akses pada situs : http://www.fsrd.itb.ac.id/?page_id=22, Tanggal 04 Januari 2014.
Anonim
2015 : Pengertian estetika, Diakses pada situs : http://id.wikipedia.org/wiki/Estetika, tanggal 04 Januari 2015.
Ayu Ida, 2011. Rangkuman Estetika, diakses
pada situs : http://download.isi-dps.ac.id/download/category/62-karyadesain?download=1385%3Arangkuman-estetika-makna-simbol-dan-daya&start=20,
Tanggal 04 Januari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar